The Bajang Ratu Temple building has wings and fences on both sides. In vertical, there are three main part, legs, body and roof. Gate Bajang Ratu or also known as Bajang Ratu Temple is a gate/temple inherited from Majapahit. This building is thought to have been built in the 14th century and was one of the large gates of the Majapahit era. This temple /gate functions as the entrance to a sacred building to commemorate the death of King Jayanegara in 1250.
On the legs, there is a relief of Sri Tanjung, often found in temples historical heritage from the Majapahit kingdom. On the part of the body above the doorway there is a Kala head relief decorated with creeping plants. There are many types of reliefs at the roof of Bajang Ratu Temple that is , sun relief, dragon leg relief, eagle head relief and many more relief. The relief has a function as a protector or to repel danger.
Suatu fenomena yang terjadi setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, ditemukannya sebuah candi yang didalamnya terdapat sarang tikus oleh para petani dan R. A. A. Kromojoyo Adinegoro, yang pada tahun 1914 menjabat sebagai Bupati Mojokerto. Ditemukannya candi tersebut dikarenakan para petani yang resah dan memutuskan untuk mencari sumber dimana tempat tikus menetap. Penemuan dari candi yang sempat dijadikan sebagai tempat menetapnya tikus, masih bisa kita lihat keberadaannya di daerah, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Setelah terjadinya fenomena yang membuat para petani resah, sekarang candi tersebut dimanfaatkan sebagai tempat berwisata agar banyak orang dapat mempelajari benda peninggalan dari kerajaan Majapahit yang berhasil ditemukan pada tahun 1914.
Benda peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit yang berupa alat permainan yaitu kelereng dan gaco. Gaco digunakan dalam permainan engklek. Kelereng ini berbeda dengan kelereng yang sering kita temui, karena kelereng tersebut terbuat dari tanah liat sama halnya dengan gaco yang juga terbuat dari tanah liat. Yang membedakan kedua alat permainan tersebut dari ukuran dan juga bentuknya.
Kelereng berbentuk bulat dengan diameter 2 cm, sedangkan gaco berbentuk lingkaran yang pipih dan di bagian tengahnya terdapat lubang lingkaran yang kecil, berdiameter 6 cm. Dari segi permainan, konon tidak ada pembeda antara jenis mainan untuk rakyat jelata dan anak bangsawan kala itu, cara memainkannya tidak jauh berbeda dengan cara anak zaman sekarang bermain kelereng dan gaco.